Kontrak sudah ditandatangani, honor pertama
pun sudah diterima, akhirnya Tessa bisa merasakan betapa manisnya menjadi
seorang Editor disalah satu kantor penerbit Buku terkenal di Indonesia. Inilah
yang sejak dulu ia harapkan, menjadi seorang Editor, seperti Alm. Ibu nya.
Sebelum meninggal, sekaligus sebelum kecelakaan itu terjadi, Ayah dan Ibu nya
berpesan, bahwa Tessa harus menjaga adiknya, ia berpesan agar mereka harus
bersama-sama selamanya, mereka tidak boleh berpisah, demi Ayah, Ibu, dan juga
dirinya sendiri.
Dulu, Ayah nya bercita-cita agar ia mempunyai
anak yang bisa meneruskan pendidikan dan mendapatkan gelar S3 di luar negeri.
Sampai sekarang, perjuangan Tessa baru sampai disini, ia baru mendapat gelar S2
di salah satu perguruan tinggi Negeri di Indonesia, mengambil Sastra. Meskipun
begitu, Tessa mempunyai tekad yang kuat. Ia ingin mengabulkan cita-cita Ayah
dan Ibu nya, meskipun Tessa sekarang tidak lagi bersama mereka.
Tessa memang anak yang cerdas, ia mau bekerja
keras, meskipun begitu, ia selalu saja gagal untuk mendapat beasiswa di Luar
Negeri, dia sudah mencoba untuk masuk ke beberapa Universitas terkenal di Luar
Negeri, tetapi ternyata, hasilnya tidak seperti dengan apa yang diharapkannya.
Ia memang selalu gagal, tetapi kegagalan itulah yang membuatnya tak pernah
lelah untuk mencoba.
Dan disini lah dia, dalam suatu ruangan yang
berisikan sekitar 15 orang, ia melihat kesekitar, rupanya ia sedang berada
diantara orang-orang yang berpendidikan,
yang berusaha untuk merebut sebuah surat beasiswa dari sebuah Universitas
terkenal di Birmingham, UK.
“Kau yakin kali ini kau akan berhasil?”, tanya
adiknya, Nessa. “Kau ini! Bukannya mendoakanku, malah berkata seperti itu!
Setidaknya aku tadi sudah berusaha! Kau tahu, ini adalah satu-satunya harapan
untuk mewujudkan cita-cita Ayah, Ibu, Aku dan untuk hidup kita!” jawabnya
Tessa, ketus. Tessa tahu bahwa adiknya tidak bermaksud untuk meremehkannya. Ia
juga tidak bermaksud untuk memarahi adiknya, tetapi ia pun tidak tahu mengapa
ia berkata seperti itu.
Tiba-tiba, ia melihat seorang laki-laki di
sudut kota, sedang memerhatikannya. Tessa terkejut dan langsung mengajak
adiknya untuk naik Taksi. “Mengapa kau ini?! Tadi kau memarahiku, aku pikir kau
akan berkata bahwa aku ini adik yang tidak berguna, lalu kan akan mengusirku,
tetapi sekarang kau malah ketakutan.” ujar Nessa panjang lebar, tetapi Tessa
tidak menghiraukannya. Diperjalan pulang, dalam keheningan, Tessa melamun, ia
melamunkan laki-laki yang tadi dilihatnya, ia memang ketakutan saat ia
diperhatikan seorang
laki-laki seperti itu, laki-laki itu, ia memang mengenalnya, tapi ia sedang
berusaha untuk melupakannya.
******
Pagi ini Tessa memutuskan untuk
sarapan di sebuah restoran kecil di dekat kantornya. Ia memilih duduk di
pinggir jendela. Sesudah ia memesan makanan kepada pelayan, ia melihat ke luar
jendela, dan rupanya hujan. “Mengapa kau lari ketakutan seperti kemarin saat
kau melihatku?”. Suara itu membuatnya terkejut, dan ia lebih terkejut saat
melihat bahwa yang berbicara adalah Alex. Laki-laki itu, laki-laki yang dulu ia
sukai, beberapa bulan yang lalu, sebelum ia memutuskan untuk meninggalkan Alex,
dan sekarang ia ada disini bersamanya. Tessa menatap laki-laki itu, tidak lama,
hingga ia tersadar, ia mengerjap, sekali, dua kali, Tessa mengalihkan
pandangannya ke luar jendela. Sekarang Alex sudah duduk dihadapannya. “Apa yang harus aku lakukan sekarang”. Tanyanya dalam hati Tessa. “Kau
tidak perlu lari sekarang, dan kau juga tidak perlu bersembunyi, saat ini kau
hanya bisa duduk dan menerima kenyataan bahwa kau bertemu lagi denganku.
Memangnya kau tidak merindukanku?” ujar Alex, seolah ia bisa membaca apa yang
dipikirkan Tessa.
Tessa memerhatikan laki-laki yang
sedang duduk dihadapannya, sekarang, ia telah kembali, ia telah ada
dihadapannya lagi. Ia tidak berubah, ia masih sama seperti dulu. Tapi, apakah
perasaannya kepada Tessa masih seperti dulu? Atau ia sekarang sudah berhasil
melupakannya, dan ia kini ada di hadapannya untuk bercerita panjang lebar
tentang kekasih barunya? Tetapi rasanya Tessa tidak terima jika hal itu benar
terjadi.
“Jangan melihatku seperti itu, aku
tahu kau merindukanku. Jadi, kemana saja kau selama ini? Pindah ke Jakarta
tanpa berkata apapun kepadaku. Apa maksudmu?” Tanya Alex. Tessa terdiam, lalu
ia mengerjap, ia menarik napas dan mengusap pelipisnya sejenak. Lalu berkata,
“Apa pedulimu?”
Sekarang, Alex memerhatikan Tessa
sekilas dan melihat ke luar jendela. Apa peduliku. Gadis itu benar, apa
peduliku, pikirnya. Berbulan-bulan lalu, ia telah menyia-nyiakan gadis itu.
******
Berbulan-bulan lalu, kejadian itu
terjadi tepat di hari ulang tahun adik Tessa yang ke 17, saat itu Alex datang
ke pesta ulang tahunnya, tidak bersama Tessa, dan saat itu Alex belum tahu
bahwa sebenarnya Nessa adalah adik dari Tessa. Semua itu gara-gara ide bodoh
yang dilakukan temannya Alex yang bernama Radit. Dulu, Radit menyukai Nessa,
meski mereka belum saling mengenal. Saat itu, dihari ulang tahun Nessa, ia
sudah siap untuk datang ke pesta ulang tahunnya Nessa, meskipun Radit juga
diajak oleh temannya. Tetapi saat itu, kekasih Radit bernama Nuna tiba-tiba
menelepon nya untuk minta dijemput dari sebuah mall. Radit tidak bisa melakukan
apa-apa selain mengikuti apa yang diperintahkan Nuna, karena Nuna adalah gadis
yang keras kepala, ia ingin agar Radit mengikuti semua keinginannya. Sedangkan
disisi lain, Radit ingin pergi ke pesta Nessa, ini salah satu kesempatan agar
ia bisa berkenalan dengan Nessa, dan mendekatinya. Karna ia tidak bisa menolak
perintah Nuna, ia meminta Alex untuk datang ke pesta itu dan mengaku sebagai
Radit.
Saat Alex tiba di pesta ulang tahun
Nessa, ia segera melakukan apa yang diperintahkan temannya itu, ia mendekati
Nessa dan berkenalan dengan Nessa, lalu mereka saling bertukar nomor telepon.
Dan tugasnya selesai, saat ia sudah mengikuti apa yang diperintahkan temannya,
ia berpamitan pulang kepada Nessa, ia menunggu Nessa pergi dari hadapannya. Dan
saat ia berbalik, Tessa. Tessa ada dihadapannya. Alex terkejut dan berharap
bumi akan menelannya saat itu juga. Tessa berlari secepat mungkin menjauhi
pesta itu, dan menjauhi Alex. Alex mengejarnya. Saat itu, mereka bertengar, Tessa
menangis, ia tidak menyangka bahwa ternyata Alex berusaha mendekati gadis lain
di belakangnya. Dan yang membuat nya terpuruk adalah kenyataan bahwa Alex
mendekati Nessa. Alex berusaha untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi,
ini tidak seperti apa yang Tessa pikirkan. Tetapi terlambat, malam itu Tessa
meninggalkan Alex tanpa mendengar penjelasannya terlebih dahulu. Saat itu Alex
tidak lagi mengejarnya, ia membiarkan Tessa pergi, agar Tessa bisa menenangkan
pikirannya, dan besok, ia akan menemui Tessa untuk menjelaskan apa yang sebenarnya
terjadi.
Keesokan harinya, Alex mencari Tessa
di kampusnya, tetapi ia tidak menemukannya, sepanjang hari ia mencoba
menghubungi Tessa berkali-kali, tetapi gadis itu tidak mau menerima telepon
darinya, apalagi membalas pesan nya.
Keesokan harinya, ia kembali ke
kampusnya Tessa untuk mencarinya, tetapi ia sama sekali tidak menemukannya. Ia
bertanya pada teman kampusnya Tessa, tetapi tidak ada seorang pun yang tahu dimana
keberadaan Tessa saat ini. Alex sangat khawatir sekali, ia sama sekali tidak
tahu dimana gadis yang dicintainya saat ini. Mungkin saat ini ia sedang
menangis merintih akibat apa yang telah Alex lakukan kepadanya.
Diperjalanan pulang, ia bertemu seorang
gadis yang bernama Gitty. Gitty adalah teman dekatnya Tessa, mereka berteman
dengan baik sejak di Sekolah Dasar, tanpa berbasa-basi, Alex menanyakan tentang
keberadaan Tessa. Dan Gitty berkata bahwa Tessa pindah ke Jakarta 2 hari yang
lalu setelah ulang tahun Nessa, adik Tessa.
Tessa telah meninggalkan Alex, Tessa
sudah tidak mau lagi untuk berhubungan dengan Alex, “itu semua gara-gara Radit,
bodoh.” pikir Alex. Setelah kejadian itu terjadi, ia tidak lagi berhubungan
dengan Tessa. Dan ia memutuskan pergi ke Jakarta untuk menemui Tessa.
******
Dan, disinilah ia, gadis yang
dicarinya selama ini kini ada dihadapannya. Tetapi sekarang, ia tidak tahu
harus berkata apa, ia ingin menjelaskan apa yang terjadi saat itu, tetapi ia
takut bahwa Tessa sudah tidak mau lagi mendengarnya. Terlebih setelah Tessa
berkata seperti itu. Sesungguhnya Alex sangat peduli, ini urusannya, dan ini
masalahnya dengan Tessa, dan ia disini ingin berusaha untuk menyelesaikannya.
“Kau mau tetap disini atau pergi
denganku? Aku tidak mau berlama-lama disini, sementara kau hanya diam.” ujar Tessa,
ia berdiri, mengambil tasnya lalu pergi meninggalkan Alex sendiri. Setelah
tersadar dari lamunannya, Alex mengejar Tessa dan berkata “hey, aku belum
berbicara apapun kepadamu, kau pun belum mendengar penjelasanku tentang
kejadian berbulan-bulan yang lalu. Tolong kau dengarkan aku, aku sengaja pergi
ke Jakarta untuk menemuimu, untuk menjelaskan kepadamu bahwa apa yang kamu pikir
itu salah. Jadi sebenarnya aku……” “Tessa!” saat itu mereka berhenti berjalan
dan menoleh ke arah sebrang. Nessa. “dia…..” sebelum Alex menyelesaikan apa
yang akan dikatakannya, Tessa memotong pembicaraan Alex dan berkata, “Ya, kau
tahu, dia adikku. Dia gadis yang kau dekati itu berbulan-bulan lalu. Sekarang
kau lebih baik pergi dan jangan pernah dekati adikku.” ujar Tessa.
Tessa menyebrang jalan, meninggalkan
Alex dan merangkul adiknya, mereka masuk kedalam Taksi, Taksi itu melaju sangat
kencang hingga Alex tidak lagi bisa melihatnya. Kini Alex terdiam, lagi-lagi
Tessa meninggalkannya tanpa ia sempat menjelaskan kejadian itu.
Didalam Taksi, Nessa bertanya-tanya
kepada kakaknya, tetapi ia tidak mau menjawabnya. Ia terdiam dan pura-pura
tertidur, karna itu satu-satunya cara membuat Nessa berhenti berbicara.
******
Dua minggu berlalu, besok adalah hari
ulang tahun Tessa, dan sampai saat ini ia tidak lagi bertemu dengan Alex.
“Besok kakak ulang tahun, mau apa dariku?” tanya adiknya, yang membuyarkan
lamunan Tessa. “Aku tidak berharap banyak darimu, aku hanya ingin kau
mentraktirku di sebuah restoran Jepang” ujar Tessa. “Kau tahu, makanan Jepang
itu mahal, tapi baiklah jika itu maumu. Lalu, kau mau hadiah apa dariku?” tanya
Nessa. “Kau ini, memangnya kau punya uang? Hadiahnya kau doakan saja besok aku
akan menerima surat dari Universitas Birmingham. Baiklah, ini sudah malam,
sebaiknya kau cepat tidur.” ujar Tessa.
******
Hari ini waktu berjalan cepat sekali,
bahkan terlalu cepat sehingga membuat Tessa lupa akan hari ulang tahun nya. Ia
memang terlalu sibuk hari ini. Dan pada malam harinya, Tessa dan Nessa pergi ke
restoran Jepang. Sesampainya di depan restoran, Nessa berkata bahwa ia akan
mengambil uang terlebih dahulu di atm, dan meminta Tessa untuk masuk, sehingga
tidak perlu menunggunya kembali. Saat Tessa masuk ke dalam restoran, lampunya
tiba-tiba saja padam, lalu ia melihat ada seseorang yang keluar dari sebuah
ruangan kecil, membawa lilin. Ia tidak tahu siapa orang itu, kini, orang itu terdengar
sedang menyanyikan lagu selamat ulang tahun, seseorang itu menghampiri Tessa.
Lalu lampu kembali menyala, sekarang ada sebuah kue yang cukup besar berbentuk
hati yang dikelilingi oleh lilin-lilin, kue itu dibawa oleh….. Alex. Seseorang
itu Alex. Mereka saling diam, mata mereka bertemu. Tiba-tiba saja Nessa masuk
ke ruangan itu dengan seorang laki-laki. Laki-laki itu adalah Radit. Dan mereka
berdualah yang langsung menjelaskan kejadian yang terjadi beberapa bulan yang
lalu.
Alex memegang tangan Tessa, Tessa
tidak melepaskan tangannya dari genggaman tangan Alex, dia pun tidak menyela
apa yang Nessa jelaskan. Kini, semua sudah terungkap, kejadian itu hanya lah
sebuah kesalahpahaman. “Maafkan aku, ini semua salahku, coba saja aku mau
mendengar penjelasanmu saat itu, maafkan aku telah membuatmu uring-uringan
selama ini.” ujar Tessa. “Sudahlah, lupakan, ini bukan salahmu. Selamat ulang
tahun, Tessa. Aku merindukanmu, dan aku ingin….” “Nah ini dia!” Nessa memotong
pembicaraan mereka berdua, sekaligus membuat mereka terjekut. Mereka heran, dan
terdiam dalam hening.
Tiba-tiba Nessa mendekati mereka
berdua, “Ini hadiah untukmu, selamat ulang tahun Kakakku. Meskipun Ayah dan Ibu
tidak ada disini, percayalah ia akan bangga kepadamu. Aku pun bangga mempunyai
kakak sepertimu.” ujar Nessa. Tessa tersenyum, meski ia tidak mengerti dengan
apa yang Nessa katakan. Tessa menerima kotak itu, dengan ragu, ia membuka kotak
itu dan melihat sebuah amplop. Dan ternyata itu adalah surat beasiswa
pendidikan S3 dari Universitas Birmingham. “WAW!” teriak Tessa, ia terkejut
saat melihat surat itu, dan ia meneteskan air mata, inilah pencapaian nya
selama bertahun-tahun. Dan kini, dia bisa mengabulkan cita-cita orang tua nya.
Ia akan menjadi mahasiswi di sebuah Universitas terkenal di Birmingham, UK.
~SELESAI~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar