Senin, 24 September 2012

TESSA & NESSA


Kontrak sudah ditandatangani, honor pertama pun sudah diterima, akhirnya Tessa bisa merasakan betapa manisnya menjadi seorang Editor disalah satu kantor penerbit Buku terkenal di Indonesia. Inilah yang sejak dulu ia harapkan, menjadi seorang Editor, seperti Alm. Ibu nya. Sebelum meninggal, sekaligus sebelum kecelakaan itu terjadi, Ayah dan Ibu nya berpesan, bahwa Tessa harus menjaga adiknya, ia berpesan agar mereka harus bersama-sama selamanya, mereka tidak boleh berpisah, demi Ayah, Ibu, dan juga dirinya sendiri.
Dulu, Ayah nya bercita-cita agar ia mempunyai anak yang bisa meneruskan pendidikan dan mendapatkan gelar S3 di luar negeri. Sampai sekarang, perjuangan Tessa baru sampai disini, ia baru mendapat gelar S2 di salah satu perguruan tinggi Negeri di Indonesia, mengambil Sastra. Meskipun begitu, Tessa mempunyai tekad yang kuat. Ia ingin mengabulkan cita-cita Ayah dan Ibu nya, meskipun Tessa sekarang tidak lagi bersama mereka.
Tessa memang anak yang cerdas, ia mau bekerja keras, meskipun begitu, ia selalu saja gagal untuk mendapat beasiswa di Luar Negeri, dia sudah mencoba untuk masuk ke beberapa Universitas terkenal di Luar Negeri, tetapi ternyata, hasilnya tidak seperti dengan apa yang diharapkannya. Ia memang selalu gagal, tetapi kegagalan itulah yang membuatnya tak pernah lelah untuk mencoba.
Dan disini lah dia, dalam suatu ruangan yang berisikan sekitar 15 orang, ia melihat kesekitar, rupanya ia sedang berada diantara orang-orang yang  berpendidikan, yang berusaha untuk merebut sebuah surat beasiswa dari sebuah Universitas terkenal di Birmingham, UK.
“Kau yakin kali ini kau akan berhasil?”, tanya adiknya, Nessa. “Kau ini! Bukannya mendoakanku, malah berkata seperti itu! Setidaknya aku tadi sudah berusaha! Kau tahu, ini adalah satu-satunya harapan untuk mewujudkan cita-cita Ayah, Ibu, Aku dan untuk hidup kita!” jawabnya Tessa, ketus. Tessa tahu bahwa adiknya tidak bermaksud untuk meremehkannya. Ia juga tidak bermaksud untuk memarahi adiknya, tetapi ia pun tidak tahu mengapa ia berkata seperti itu.
Tiba-tiba, ia melihat seorang laki-laki di sudut kota, sedang memerhatikannya. Tessa terkejut dan langsung mengajak adiknya untuk naik Taksi. “Mengapa kau ini?! Tadi kau memarahiku, aku pikir kau akan berkata bahwa aku ini adik yang tidak berguna, lalu kan akan mengusirku, tetapi sekarang kau malah ketakutan.” ujar Nessa panjang lebar, tetapi Tessa tidak menghiraukannya. Diperjalan pulang, dalam keheningan, Tessa melamun, ia melamunkan laki-laki yang tadi dilihatnya, ia memang ketakutan saat ia diperhatikan seorang laki-laki seperti itu, laki-laki itu, ia memang mengenalnya, tapi ia sedang berusaha untuk melupakannya.
******
Pagi ini Tessa memutuskan untuk sarapan di sebuah restoran kecil di dekat kantornya. Ia memilih duduk di pinggir jendela. Sesudah ia memesan makanan kepada pelayan, ia melihat ke luar jendela, dan rupanya hujan. “Mengapa kau lari ketakutan seperti kemarin saat kau melihatku?”. Suara itu membuatnya terkejut, dan ia lebih terkejut saat melihat bahwa yang berbicara adalah Alex. Laki-laki itu, laki-laki yang dulu ia sukai, beberapa bulan yang lalu, sebelum ia memutuskan untuk meninggalkan Alex, dan sekarang ia ada disini bersamanya. Tessa menatap laki-laki itu, tidak lama, hingga ia tersadar, ia mengerjap, sekali, dua kali, Tessa mengalihkan pandangannya ke luar jendela. Sekarang Alex sudah duduk dihadapannya. “Apa yang harus aku lakukan sekarang”. Tanyanya dalam hati Tessa. “Kau tidak perlu lari sekarang, dan kau juga tidak perlu bersembunyi, saat ini kau hanya bisa duduk dan menerima kenyataan bahwa kau bertemu lagi denganku. Memangnya kau tidak merindukanku?” ujar Alex, seolah ia bisa membaca apa yang dipikirkan Tessa.
Tessa memerhatikan laki-laki yang sedang duduk dihadapannya, sekarang, ia telah kembali, ia telah ada dihadapannya lagi. Ia tidak berubah, ia masih sama seperti dulu. Tapi, apakah perasaannya kepada Tessa masih seperti dulu? Atau ia sekarang sudah berhasil melupakannya, dan ia kini ada di hadapannya untuk bercerita panjang lebar tentang kekasih barunya? Tetapi rasanya Tessa tidak terima jika hal itu benar terjadi.
“Jangan melihatku seperti itu, aku tahu kau merindukanku. Jadi, kemana saja kau selama ini? Pindah ke Jakarta tanpa berkata apapun kepadaku. Apa maksudmu?” Tanya Alex. Tessa terdiam, lalu ia mengerjap, ia menarik napas dan mengusap pelipisnya sejenak. Lalu berkata, “Apa pedulimu?”
Sekarang, Alex memerhatikan Tessa sekilas dan melihat ke luar jendela. Apa peduliku. Gadis itu benar, apa peduliku, pikirnya. Berbulan-bulan lalu, ia telah menyia-nyiakan gadis itu.
******
Berbulan-bulan lalu, kejadian itu terjadi tepat di hari ulang tahun adik Tessa yang ke 17, saat itu Alex datang ke pesta ulang tahunnya, tidak bersama Tessa, dan saat itu Alex belum tahu bahwa sebenarnya Nessa adalah adik dari Tessa. Semua itu gara-gara ide bodoh yang dilakukan temannya Alex yang bernama Radit. Dulu, Radit menyukai Nessa, meski mereka belum saling mengenal. Saat itu, dihari ulang tahun Nessa, ia sudah siap untuk datang ke pesta ulang tahunnya Nessa, meskipun Radit juga diajak oleh temannya. Tetapi saat itu, kekasih Radit bernama Nuna tiba-tiba menelepon nya untuk minta dijemput dari sebuah mall. Radit tidak bisa melakukan apa-apa selain mengikuti apa yang diperintahkan Nuna, karena Nuna adalah gadis yang keras kepala, ia ingin agar Radit mengikuti semua keinginannya. Sedangkan disisi lain, Radit ingin pergi ke pesta Nessa, ini salah satu kesempatan agar ia bisa berkenalan dengan Nessa, dan mendekatinya. Karna ia tidak bisa menolak perintah Nuna, ia meminta Alex untuk datang ke pesta itu dan mengaku sebagai Radit.
Saat Alex tiba di pesta ulang tahun Nessa, ia segera melakukan apa yang diperintahkan temannya itu, ia mendekati Nessa dan berkenalan dengan Nessa, lalu mereka saling bertukar nomor telepon. Dan tugasnya selesai, saat ia sudah mengikuti apa yang diperintahkan temannya, ia berpamitan pulang kepada Nessa, ia menunggu Nessa pergi dari hadapannya. Dan saat ia berbalik, Tessa. Tessa ada dihadapannya. Alex terkejut dan berharap bumi akan menelannya saat itu juga. Tessa berlari secepat mungkin menjauhi pesta itu, dan menjauhi Alex. Alex mengejarnya. Saat itu, mereka bertengar, Tessa menangis, ia tidak menyangka bahwa ternyata Alex berusaha mendekati gadis lain di belakangnya. Dan yang membuat nya terpuruk adalah kenyataan bahwa Alex mendekati Nessa. Alex berusaha untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, ini tidak seperti apa yang Tessa pikirkan. Tetapi terlambat, malam itu Tessa meninggalkan Alex tanpa mendengar penjelasannya terlebih dahulu. Saat itu Alex tidak lagi mengejarnya, ia membiarkan Tessa pergi, agar Tessa bisa menenangkan pikirannya, dan besok, ia akan menemui Tessa untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.
Keesokan harinya, Alex mencari Tessa di kampusnya, tetapi ia tidak menemukannya, sepanjang hari ia mencoba menghubungi Tessa berkali-kali, tetapi gadis itu tidak mau menerima telepon darinya, apalagi membalas pesan nya.
Keesokan harinya, ia kembali ke kampusnya Tessa untuk mencarinya, tetapi ia sama sekali tidak menemukannya. Ia bertanya pada teman kampusnya Tessa, tetapi tidak ada seorang pun yang tahu dimana keberadaan Tessa saat ini. Alex sangat khawatir sekali, ia sama sekali tidak tahu dimana gadis yang dicintainya saat ini. Mungkin saat ini ia sedang menangis merintih akibat apa yang telah Alex lakukan kepadanya.
Diperjalanan pulang, ia bertemu seorang gadis yang bernama Gitty. Gitty adalah teman dekatnya Tessa, mereka berteman dengan baik sejak di Sekolah Dasar, tanpa berbasa-basi, Alex menanyakan tentang keberadaan Tessa. Dan Gitty berkata bahwa Tessa pindah ke Jakarta 2 hari yang lalu setelah ulang tahun Nessa, adik Tessa.
Tessa telah meninggalkan Alex, Tessa sudah tidak mau lagi untuk berhubungan dengan Alex, “itu semua gara-gara Radit, bodoh.” pikir Alex. Setelah kejadian itu terjadi, ia tidak lagi berhubungan dengan Tessa. Dan ia memutuskan pergi ke Jakarta untuk menemui Tessa.
******
Dan, disinilah ia, gadis yang dicarinya selama ini kini ada dihadapannya. Tetapi sekarang, ia tidak tahu harus berkata apa, ia ingin menjelaskan apa yang terjadi saat itu, tetapi ia takut bahwa Tessa sudah tidak mau lagi mendengarnya. Terlebih setelah Tessa berkata seperti itu. Sesungguhnya Alex sangat peduli, ini urusannya, dan ini masalahnya dengan Tessa, dan ia disini ingin berusaha untuk menyelesaikannya.
“Kau mau tetap disini atau pergi denganku? Aku tidak mau berlama-lama disini, sementara kau hanya diam.” ujar Tessa, ia berdiri, mengambil tasnya lalu pergi meninggalkan Alex sendiri. Setelah tersadar dari lamunannya, Alex mengejar Tessa dan berkata “hey, aku belum berbicara apapun kepadamu, kau pun belum mendengar penjelasanku tentang kejadian berbulan-bulan yang lalu. Tolong kau dengarkan aku, aku sengaja pergi ke Jakarta untuk menemuimu, untuk menjelaskan kepadamu bahwa apa yang kamu pikir itu salah. Jadi sebenarnya aku……” “Tessa!” saat itu mereka berhenti berjalan dan menoleh ke arah sebrang. Nessa. “dia…..” sebelum Alex menyelesaikan apa yang akan dikatakannya, Tessa memotong pembicaraan Alex dan berkata, “Ya, kau tahu, dia adikku. Dia gadis yang kau dekati itu berbulan-bulan lalu. Sekarang kau lebih baik pergi dan jangan pernah dekati adikku.” ujar Tessa.
Tessa menyebrang jalan, meninggalkan Alex dan merangkul adiknya, mereka masuk kedalam Taksi, Taksi itu melaju sangat kencang hingga Alex tidak lagi bisa melihatnya. Kini Alex terdiam, lagi-lagi Tessa meninggalkannya tanpa ia sempat menjelaskan kejadian itu.
Didalam Taksi, Nessa bertanya-tanya kepada kakaknya, tetapi ia tidak mau menjawabnya. Ia terdiam dan pura-pura tertidur, karna itu satu-satunya cara membuat Nessa berhenti berbicara.
******
Dua minggu berlalu, besok adalah hari ulang tahun Tessa, dan sampai saat ini ia tidak lagi bertemu dengan Alex. “Besok kakak ulang tahun, mau apa dariku?” tanya adiknya, yang membuyarkan lamunan Tessa. “Aku tidak berharap banyak darimu, aku hanya ingin kau mentraktirku di sebuah restoran Jepang” ujar Tessa. “Kau tahu, makanan Jepang itu mahal, tapi baiklah jika itu maumu. Lalu, kau mau hadiah apa dariku?” tanya Nessa. “Kau ini, memangnya kau punya uang? Hadiahnya kau doakan saja besok aku akan menerima surat dari Universitas Birmingham. Baiklah, ini sudah malam, sebaiknya kau cepat tidur.” ujar Tessa.
******
Hari ini waktu berjalan cepat sekali, bahkan terlalu cepat sehingga membuat Tessa lupa akan hari ulang tahun nya. Ia memang terlalu sibuk hari ini. Dan pada malam harinya, Tessa dan Nessa pergi ke restoran Jepang. Sesampainya di depan restoran, Nessa berkata bahwa ia akan mengambil uang terlebih dahulu di atm, dan meminta Tessa untuk masuk, sehingga tidak perlu menunggunya kembali. Saat Tessa masuk ke dalam restoran, lampunya tiba-tiba saja padam, lalu ia melihat ada seseorang yang keluar dari sebuah ruangan kecil, membawa lilin. Ia tidak tahu siapa orang itu, kini, orang itu terdengar sedang menyanyikan lagu selamat ulang tahun, seseorang itu menghampiri Tessa. Lalu lampu kembali menyala, sekarang ada sebuah kue yang cukup besar berbentuk hati yang dikelilingi oleh lilin-lilin, kue itu dibawa oleh….. Alex. Seseorang itu Alex. Mereka saling diam, mata mereka bertemu. Tiba-tiba saja Nessa masuk ke ruangan itu dengan seorang laki-laki. Laki-laki itu adalah Radit. Dan mereka berdualah yang langsung menjelaskan kejadian yang terjadi beberapa bulan yang lalu.
Alex memegang tangan Tessa, Tessa tidak melepaskan tangannya dari genggaman tangan Alex, dia pun tidak menyela apa yang Nessa jelaskan. Kini, semua sudah terungkap, kejadian itu hanya lah sebuah kesalahpahaman. “Maafkan aku, ini semua salahku, coba saja aku mau mendengar penjelasanmu saat itu, maafkan aku telah membuatmu uring-uringan selama ini.” ujar Tessa. “Sudahlah, lupakan, ini bukan salahmu. Selamat ulang tahun, Tessa. Aku merindukanmu, dan aku ingin….” “Nah ini dia!” Nessa memotong pembicaraan mereka berdua, sekaligus membuat mereka terjekut. Mereka heran, dan terdiam dalam hening.
Tiba-tiba Nessa mendekati mereka berdua, “Ini hadiah untukmu, selamat ulang tahun Kakakku. Meskipun Ayah dan Ibu tidak ada disini, percayalah ia akan bangga kepadamu. Aku pun bangga mempunyai kakak sepertimu.” ujar Nessa. Tessa tersenyum, meski ia tidak mengerti dengan apa yang Nessa katakan. Tessa menerima kotak itu, dengan ragu, ia membuka kotak itu dan melihat sebuah amplop. Dan ternyata itu adalah surat beasiswa pendidikan S3 dari Universitas Birmingham. “WAW!” teriak Tessa, ia terkejut saat melihat surat itu, dan ia meneteskan air mata, inilah pencapaian nya selama bertahun-tahun. Dan kini, dia bisa mengabulkan cita-cita orang tua nya. Ia akan menjadi mahasiswi di sebuah Universitas terkenal di Birmingham, UK.
~SELESAI~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar